Selasa, 27 Mei 2014

Kesempatan

Ibuku pernah berkata "Kesempatan tak datang dua kali". Sebagai seorang anak, tentunya aku percaya kesempatan tak akan datang untuk kedua kali. Dan aku mulai membuat sebuah perjanjian antara diriku dan seluruh anggota tubuhku bahwa aku tidak akan menyianyiakan apa yang aku punya dan aku jalani.

Senja itu, aku menangis hebat. Aku menyesal. Tak tau kenapa aku merasa kalau saja aku bisa kembali memutar waktu. Ingin aku mengulang kembali kesempatanku. Kesempatan mewujudkan mimpi Ayahku yang juga menjadi mimpiku. Maafkan aku Ayah. Aku belum bisa menjadi kebanggaan.

Tangisku memang sangat hebat. Tapi semangatku untuk bangkit kembali lebih hebat. Mungkin bukan kesempatan ini yang bisa membanggakan ayah, mungkin kesempatan lain yang direncanakan Tuhan. Pasti lebih indah. Aku percaya.

Minggu, 25 Mei 2014

Nasi dan Bubur

Minggu pagi, disaat ku pergi dengan sahabat ke sebuah tempat makan bubur langganan. Semangkok bubur dengan ayam suwir, kacang dan kerupuk. Aku sangat suka makan bubur pagi hari. Mengawali hari dengan sebuah renungan berharga.

Banyak yang setuju bahwa hidup adalah pilihan. Keraguan dan keyakinan mewarnai setiap penentuan. Pernahkah merasa bahwa sesuatu yang telah terpilih adalah sebuah kesalahan? Kesalahan dalam mempertimbangkan keraguan dan keyakinan. Aku sudah berulang kali merasa bahwa aku meragukan hal yang salah dan meyakini hal yang bukan seharusnya.

Ketika rasa bersalah datang, aku hanya mencoba diam dalam goncangan dan terpejam dalam kegelisahan. Aku tau keputusan sudah diambil dan mesin waktu hanyalah sebuah fantasi. Ibarat membuat bubur menjadi nasi kembali. Sungguh tidak masuk akal. "Untuk apa membuat bubur menjadi nasi" seketika aku berfikir. Lebih baik menyiapkan ayam suwir, kacang dan kerupuk. Lebih baik membuat keputusan yang kita ambil menjadi bermakna.

Aku memelih untuk tetap berjalan mengoyak fikirku tentang kesalahan atau kebenaran yang telah kuambil. Tidak hanya berjalan, aku ingin berlari kencang. Selalu ada arti disetiap jalan yang kita tempuh. Tiada yang sia-sia.